makalah agama tentang perilaku ihsan
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
terselesainya makalah ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Makalah yang
saya buat berisi materi tentang Ihsan.
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kita
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan Makalah ini.
Demikianlah sebagai pengantar kata dengan harapan semoga
makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Amin
Tuban, Oktober
2017
DAFTAR
ISI
KATA
PENGENTAR…………………………………………. i
DAFTAR
ISI…………………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………….. 1
BAB
II IHSAN
A. PENGERTIAN
IHSAN…………………………………….. 2
B. WUJUD
ATAU ASPEK DALAM ISLAM…………………… 3
C. KELEBIHAN
DAN PENGHAYATAN IHSAN DALAM
KEHIDUPAN……………………………………………. 5
BAB
III AKHLAKULKHARIMAH
A. PENGERTIAN
AKHLAKULKHARIMAH………………… 6
B. MACAM-MACAM
AKHLAKULKHARIMAH……………. 6
BAB
IV PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………. 9
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………. 9
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Ihsan
adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan
kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target
ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi
terhormat di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah Salallahu ‘Alaihi
Wasallam pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh
ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna
dan akhlak yang mulia.
Latar
belakang terbuatnya makalah ini karena banyaknya seorang muslim yang memandang
ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, yang seharusnya dipandang
sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari keislamannya. Karena, Islam
dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman, Islam, dan ihsan, seperti
yang telah diterangkan oleh Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassallam.
BAB
II
IHSAN
A.
PENGERTIAN
IHSAN
Ihsan ( ناسحI ) adalah kata
dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.” Dalam terminologi
agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia
melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang
tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
Ihsan adalah
lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan
kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan
kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya.
Islam dibangun di atas tiga landasan
utama, yaitu Iman,Islam, dan Ihsan. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya
tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus
dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
dalam Al-Qur`an mengenai hal ini:
“Jika kamu berbuat baik, (berarti)
kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’:
7)
“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang
lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77)
Ibnu Katsir mengomentari ayat di
atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
kebaikan kepada seluruh makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ihsan adalah puncak ibadah dan
akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya.
Ihsan adalah mashdar dari أَحْسَنَ
يُحْسِنُ yang memiliki dua makna:
(a). Pertama, kata Ahsana itu
bersifat transitif dengan sendirinya. Seperti ucapan: أَحْسَنْتُ كَذَا artinya
adalah حَسَّنْتُهُ (aku membaguskannya) dan كَمَّلْتُهُ (aku
menyempurnakannya).
الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Ihsan yaitu kamu menyembah Allah
seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya
Dia melihat kamu.” (HR. Muslim, Kitab
Iman 1/37)
Makna ini kembali kepada membaguskan
ibadah dan menyempurnakannya; melaksanakan ibadah sebagaimana yang dicintai
oleh Allah dalam bentuk yang paling sempurna, dengan merasakan muraqabah Allah
didalamnya, menghadirkan keagungan-Nya disaat memulai hingga mengakhirinya.
(b). Makna kedua adalah
bersifat transitif dengan huruf jarr (إلى) seperti ucapan أَحْسَنْتُ إِلَى
فُلاَنٍ artinya saya telah
menyampaikan kebaikan atau manfaat kepadanya. Jadi maknanya adalah menyampaikan
berbagai macam manfaat kepada makhluk, masuk kedalam makna ini berbuat baik
(ihsan) kepada hewan.
B.
WUJUD ATAU ASPEK DALAM IHSAN
Ihsan
meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah,
muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan
1. Ibadah
Kita berkewajiban ihsan dalam
beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa,
haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat,
rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan
oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia
dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan
kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia
sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa
Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan
ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah
tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rasulullah
Salallahu ‘Alaihi Wasallam yang berbunyi,
“Hendaklah kamu menyembah Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tak dapat melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi kita bahwa
sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka, selain jenis
ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis
ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak,
menyenangkan isteri, meniatkan setiap yangmubah untuk mendapat ridha Allah, dan
masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam.
menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa
sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.
2. Muamalah
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. pada surah An-Nisaa’ ayat 36, yang berbunyi sebagai
berikut, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu
bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.”
Berikut ini adalah mereka yang
berhak mendapatkan ihsan tersebut :
a. Ihsan kepada kedua orang tua
b. Ihsan kepada karib kerabat
c. Ihsan kepada anak yatim dan fakir
miskin
d. Ihsan kepada tetangga dekat,
tetangga jauh, serta teman sejawat
e. Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba
sahaya
f. Ihsan dengan perlakuan dan ucapan
yang baik kepada manusia
g. Ihsan dalam hal muamalah
h. Ihsan dengan berlaku baik kepada
binatang
3. Akhlak
Ihsan
dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang
akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah
seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di
awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita
tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika
hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan
dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku,
sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat
jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika
kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang “yang diperoleh dari hasil
maksimal ibadahnya” maka kita akan menemukannya dalam muamalah
kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya,
pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini
semua, maka Rasulullah mengatakan dalam sebuah hadits, “Aku diutus hanyalah
demi menyempurnakan akhlak yang mulia.”
C. KELEBIHAN DAN PENGHAYATAN
IHSAN DALAM KEHIDUPAN
·
Mentaati perintah dan larangan Allah SWT dengan ikhlas
·
Senantiasa amanah ,jujur dan menepati janji
·
Merasakan nikmat dan haus akan ibadah
·
Mewujudkan keharmonisan masyarakat
·
Mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.
·
Menyembah dan beribadah kepada Allah
·
Memelihara kesucian aqidah tidak terbatal
·
Mengerjakan ibadah fardhu ain dan sunat
·
Hubungan baik dengan keluarga, tetangga dan masyarakat
·
Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
BAB
III
AKHLAKULKHARIMAH
A.
PENGERTIAN AKHLAKULKHARIMAH
Akhlak
terpuji adalah suatu aturan atau norma yang mengatur hubungan antar sesama
manusia dengan tuhan dan alam semesta. Akhlakul Karimah atau Akhlaq al Karimah
atau disebut juga akhlak islamiyah adalah suatu sistem akhlak yang berpedoman
kepada Al Qur'an dan Hadits. Dengan demikian kriteria baik dan buruknya suatu
perbuatan tidak lepas dari garis Al Qur'an dan Hadits (Mulyadi, 1997:9).
Akhlak
juga sering disebut dengan tingkah laku, perangai, budi pekerti. Menurut
Yatimin Abdullah akhlakul karimah merupakan tanda kesempurnaan iman seorang
kepada Allah. Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat terpuji.
(Yatimin Abdullah, 2007:40).
B.
MACAM-MACAM AKHLAKUL KHARIMAH
1.
Khusnudzhan kepada Allah
Khusnudzhan kepada Allah adalah kita
memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang senantiasa berbuat dan menentukan yang terbaik untuk kehidupan
manusia.
Hikmah yang dapat kita ambil dari
husnudzhan kepada Allah, yaitu :
a)
Banyak bersyukur kepada Allah
b)
Selalu beribadah kepada Allah
c)
Tidak menyekutukan
Allah dengan suatu apapun
d)
Mencintai Allah SWT dengan cara mencintai
perintah-perintah-Nya dan membenci perbuatan yang dilarang-Nya.
e)
Ridho dan ikhlas terhadap qadha dan qadar Allah.
f)
Mentaati, takut dan
bertaqwa kepada Allah SWT
g)
Bertaubat kepada
Allah
h)
Selalu mencari keridhaan Allah SWT
i)
Selalu memohon dan berdoa kepada Allah
j)
Meniru sifat-sifat Allah, meneladani asmaul husna yang
diterapkan dalam kehidupan
k)
Husnudzhan terhadap sesama manusia yaitu memiliki sifat
berprasangka baik terhadap sesama manusia dan jangan memiliki prasangka buruk
terhadpa manusia.
2.
Qana’ah
Qana’ah
dalam kacamata ilmu akhlak memiliki arti menerima segala naugerah yang
diberikan Allah SWT serta bersabar atas ketentuannya besar dan tidak
meninggalkan usaha dan ikhtiar lahiriyah.
Orang mempunyai sifat qana’ah akan
memiliki pendirian apa yang diperoleh atau apa yang ada pada dirinya adalah
sesuai dengan Qadar ketentuan Allah SWT sebagai firman-Nya.
Orang-orang
yang bersifat qana’ah ialah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Ia menerima anugerah yang diberikan Allah SWT dan sabar atas ketentuan (ujian,
cobaan) yang menimpanya.
b.
Ia meminta tambahan yang layak, berusaha dan tawakal.
c.
Hatinya tidak tertarik (terpedaya) dengan kekayaan duniawi.
3.
Ikhlas
Ikhlas
adalah mengerjakan sesuatu perbuatan yang baik tanpa pamrih kecuali hanya
karena Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Allah SWT berfirman :
Beramal dengan ikhlas akan
menjadikan seseorang bekerja dengan jujur, disiplin dan tanggung jawab, serta
sanggup berkorban dalam melaksanakan tugas pekerjaan tersebut.
4.
Sabar
Sabar
artinya tahan uji, tahan menderita, menerima apa yang diberikan Allah baik yang
berupa nikmat maupun berupa penderitaan.
Orang
yang sabar adlaah orang yang memiliki keteguhan dan ketabahan hati dalam usaha
mencapai cita-cita. Pantang menyerah terhadap segala rintangan yang
menghadangnya dan selalu sabar bahwa setiap cita-cita luhur memerlukan
kesabaran (ketabahan). Sabar bukan berarti menyerah ketika mengalami kegagalan
tanpa usaha yang maksimal. Akan tetapi ulet dan tahan banting di dalam
menghadapi segala rintangan.
5.
Istiqomah
Dalam bahasa Indonesia padanan kata istiqomah adalah kata
“taat asas”, yakni selalu taat dan setia kepada asas suatu keyakinan oleh sebab
itulah orang yang istiqomah dikatakan juga sebagai orang yang taat asas.
Orang
yang berlaku istiqomah disebut juga orang yang mempunyai resiko yang tidak
kecil seperti mendapat celaan. Dalam hal ini orang yang istiqomah tidak pernah
ragu, walalupun ia menghadapi kesulitan dalam perjuangannya.
6.
Tasammuh
Dalam bahasa Indonesia, kata tasammuh dapat diartikan dengan
tenggang rasa, lapang dada atau toleransi. Oleh karena itu orang yang bersifat
tasammuh berarti memiliki kelapangan dada, menghormati orang yang berpendapat
atau berpendirian lain, tidak mau mengganggu kebebasan berfikir dan orang
berkeyakinan lain.
7.
Ikhtiar (Kerja Keras)
Untuk mempertahankan hidup dan kehidupan, manusia dituntut
untuk berjuang baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok
(kolektif). Tuntutan tersebut berdasarkan fitrah (naluri) kemanusiaan yang
tumbuh karena adanya hidayah dari Allah sesuai asas penciptaan-Nya.
8.
Berdoa
Yaitu memohon kepada Allah, agar segala yang telah kita
lakukan ada dalam ridha Allah SWT dan diqobulkan oleh Allah SWT
BAB
VI
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ihsan
adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan
kemuliaan dari-Nya. Dan juga sebagai puncak prestasi dalam ibadah,
muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini
tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai
pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah tidak
ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ketingkat
ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://itla4islam.blogspot.com/2012/09/pengertian-ihsan_14.html
http://mimanukarangnangkabms.blogspot.com/2013/07/pengertian-akhlakul-karimah.html
Komentar
Posting Komentar